Banten, LPK Trankonmasi – Siswa sekolah sedang merokok atau bandel tidak masalah menerima hukuman, jadi apa yang patut dipersalahkan.
Maraknya beredar melalui media sosial, siswa SMAN 1 Cimarga Lebak, Banten kepergok oleh kepala sekolah sedang merokok disaat membersihan halaman sekolah mereka.
Namun peristiwa itu berbuntut panjang, dan akhir sebuah jabatan kepala sekolah (Kepsek) SMAN 1 Cimarga Dini Fitria dipertaruhkan.
Berdasarkan informasi peristiwa itu terjadi ketika salah seorang murid, bernama ILP (17) kedapatan ia merokok pada saat jam kelas berlangsung.
Menurut informasi Kejadian kepala sekolah SMAN 1 Dini Fitria (45) menuturkan, bermula saat ia melihat, kepulan asap rokok berasal dari tangan ILP pada saat bersih-bersih di lingkungan sekolah pada hari Jumat, (10/10).
Spontan Dini memanggil ILP dengan jarak sekitar 20-30 meter, pada saat melihat muridnya kedapatan merokok.
Namun siswa tersebut bukannya menghampiri malah berlari, menghindar dari seruan pemanggilan darinya.
BACA JUGA: Nikmati Mudik Lebaran Gratis Bersama Masyarakat Bogor
Tidak berlangsung lama Dini berhasil menghentikan ILP, dan ia mengaku kecewa kepadanya karena siswa tersebut, tidak mengakui bahwa ia sedang merokok.
Dalam kondisi emosi, Dini menegur ILP dengan keras dan menepuk bagian punggungnya, namun ia membantah adanya tindakan pemukulan keras atau penendangan, kepada ILP.
Dini menegaskan bahwa tindakannya spontan karena emosi dan tidak meninggalkan luka atau bekas apa pun.
Meski demikian, orang tua ILP, Tri Indah Alesti, tidak menerima perlakuan tersebut dan melaporkan Dini Pitria ke Polres Lebak pada Jumat, 10 Oktober 2025.
Laporan tersebut dikonfirmasi oleh Kanit PPA Satreskrim Polres Lebak, Ipda Limbong, dan saat ini kasusnya tengah diselidiki.
Peristiwa ini juga memicu aksi solidaritas dari para siswa. Pada Senin, 13 Oktober 2025, sebanyak 630 siswa dari 19 kelas.
Mereka melakukan aksi mogok sekolah, sebagai bentuk protes terhadap tindakan kepala sekolah.
Mereka juga memasang spanduk, yang menuntut agar Dini Pitria dicopot dari jabatannya.
Untuk meredakan ketegangan, Pemerintah Provinsi Banten melalui Sekretaris Daerah, Deden Apriandhi, mengambil sikap.
Ia menonaktifkan Dini Pitria dari jabatannya. Langkah ini diambil untuk menjaga situasi sekolah tetap kondusif, dan memastikan proses penyelidikan berjalan objektif.
Deden juga menegaskan bahwa apabila terbukti terdapat unsur kekerasan dalam kasus ini, maka tindakan hukum dan sanksi kedisiplinan akan diberikan kepada pihak yang bertanggung jawab.
Baca Juga: Sesuai Arahan Bupati, Wabup Bogor Safari Ramadhan di PT ANTAM Pongkor
Di hari yang sama menurut, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) dan Pemerintah Provinsi Banten.
Mereka sepakat untuk menonaktifkan sementara Dini Pitria, sebagai Kepsek SMAN 1 Cimarga.
Keputusan ini diambil agar 630 siswa, yang sebelumnya menolak masuk sekolah bisa kembali belajar di sekolah.
Berdasarkan data dari laman resmi SMAN 1 Cimarga, posisi Kepala Sekolah saat ini diduduki oleh Dini Pitria, S.Pd. dengan NIP 198008082005022009.
Dari NIP tersebut, dapat diketahui jika Dini Pitria lahir pada 8 Agustus 1980. Ia diangkat menjadi CPNS pada Februari 2005.
Ia berarti sebagai Guru, telah mengabdi sebagai PNS selama 20 tahun lebih.
Menurut para netizen di laman media sosial, mereka mendukung langkah tindakan dari kepala sekolah terhadap siswa sedang merokok.
Namun cibiran dan umpatan terhadap siswa ILP, berbagai pesan memiliki 16 Ribu.
Secara terpisah menurut Nop Erika SHi pemerhati penegakan keadilan menyampaikan, dalam uraian nya tertulis:
Kenapa harus buk DINI…? ??
Potret dunia pendidikan sekarang jauh berbeda dengan era 90 an, dimana orang tua menyerahkan anak serta dengan pecutan.
Pecutan diserahkan orang tua pada guru gunanya adalah, simbol jika anaknya nakal pecutlah agar anak jera melakukan kesalahan.
Tapi sekarang, anak melakukan kesalahan dan disiplinkan oleh guru berujung petaka bagi sang guru.
Dan dengan gagahnya sang penguasa membela murid yang salah, dan menghukum sang guru atau kepsek dengan me-non aktifkan nya.
Miris memang….Kalau begini caranya, akan sulit berantas murid-murid bawa celurit dan parang, karena mereka yakin pemerintah atau aparat akan bela mereka. Ujar Nof Erika Sekjen SPMI.