Mathla’ul Anwar
TRANKONMASINEWS.COM – Semarang – Berdasarkan keterangan yang di himpun oleh media trankonmasinews.com, awak media mengutip dari pihak stekom dan bertemu langsung dengan humas atas nama Cahyamahendrabahwa Matha’ul Anwar, disingkat MA, adalah organisasi massa Islam dari Banten. Matha’ul Anwar sebagai lembaga pendidikan didirikan pada 10 Juli 1916 melalui musyawarah ulama di Menes pada saat itu.
Lembaga ini kini memiliki cabang di seluruh Indonesia.
Sejarah
Sebagai lembaga pendidikan
Mathla’ul Anwar pertama kali muncul dari usulan K.H. Entol Mohamad Yasin kepada K.H. Tubagus Mohamad Sholeh untuk membentuk lembaga pendidikan Islam di Menes. Setelah melalui diskusi dengan ulama-ulama di Menes, K.H. Entol Mohamad Yasin memanggil pulang K.H. Mas Abdurrahman yang baru selesai belajar di Makkah untuk melakukan pembaharuan pendidikan Islam di Pandeglang dalam bentuk madrasah.
Pada 10 Ramadan 1334 atau 10 Juli 1916, para ulama Menes mulai meresmikan madrasah MA dengan K.H. Mas Abdurrahman sebagai mudir dan K.H. Entol Mohamad Yasin sebagai bestuurpresident. Musyawarah tersebut dihadiri oleh beberapa ulama Pandeglang seperti K.H. Tubagus Mohamad Sholeh, K.H. Tegal, K.H. Abdul Mu’ti, H. Soleman Cibinglu, H. Daud, H. Rusydi, H. Mustagfiri, dan H. Danawi.
Kemudian Sampai 1936, MA sudah memiliki 40 madrasah yang tersebar di Pandeglang, Lebak, Serang, Tangerang, Bogor, Karawang, dan Lampung. MA juga sudah memiliki madrasah khusus perempuan yang berdiri di Menes sejak 1929. Pada 1940, MA mendirikan Madrasah Arabiah yang didirikan sebagai sekolah bahasa Arab.
Pada artikel tersebut juga menerangkan ,Pada 1937, K.H. Entol Mohamad Yasin wafat. Jabatan bestuurpresident diserahkan kepada wakilnya, K.H. Abdul Mu’ti sampai pada muktamar ketiga yang dilangsungkan pada 1939. Muktamar ketiga tersebut menghasilkan K.H. Uwes Abubakar sebagai bestuurpresident MA.
Sebagai organisasi massa
Mathla’ul Anwar menjadi bagian dari Nahdlatul Ulama sejak 1928, dua tahun setelah pembentukan NU. K.H. Mas Abdurrahman sendiri merupakan salah satu pendiri NU. Bergabungnya MA ke NU menjadikan sebagian pengurus NU di Banten diisi oleh para ulama MA. K.H. Uwes Abubakar yang menjabat sebagai Ketua MA sejak 1939 juga merangkap jabatan sebagai Ketua NU Pandeglang.
Ketika NU bergabung ke Masyumi pada 1943, tokoh-tokoh MA juga aktif berpolitik di Masyumi.
Pada 1952, muktamar NU di Palembang menghasilkan keputusan untuk membuat partai politik terpisah dari Masyumi. K.H. Uwes Abubakar tidak menerima hasil musyawarah tersebut dan memutuskan untuk memisahkan MA dari NU.
Sikap K.H. Uwes Abubakar tersebut mendapat pertentangan dari sebagian ulama yang ingin MA tetap berada di NU, kemudian dikenal sebagai Mathla’ul Anwar Li Nahdlatil Ulama (MALNU). Perpecahan ini memuncak pada Muktamar VIII Mathla’ul Anwar di Ciampea pada tahun yang sama, ketika kubu K.H. Uwes Abubakar meresmikan Matha’ul Anwar sebagai organisasi massa terpisah dari Nahdlatul Ulama.
Mathla’ul Anwar menjadi basis utama Masyumi di Banten pada Pemilu 1955. K.H. Uwes Abubakar terpilih sebagai anggota DPR mewakili Masyumi pada 1956-1959. Setelah Masyumi dibubarkan pada 1960, pilihan politik MA beralih ke Parmusi.
Badan Otonom
Badan Otonom MA adalah perangkat organisasi Mathlaul Anwar yang berfungsi melaksanakan kebijakan Mathlaul Anwar yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu dan beranggotakan perorangan.
Badan Otonom dikelompokkan dalam katagori Badan Otonom berbasis usia dan kelompok masyarakat tertentu, dan Badan Otonom berbasis profesi dan kekhususan lainnya.Jenis badan otonom berbasis usia dan kelompok masyarakat tertentu adalah :
1.Muslimat Mathla’ul Anwar (MUSMA)
2.Generasi Muda Mathla’ul Anwar (GEMA MA)
3.Himpunan Mahasiswa Mathla’ul Anwar (HIMMA)
4.Ikatan Pelajar Mathla’ul Anwar (IPMA)
5.Lembaga Amil Zakat Mathla’ul Anwar (LAZMA)
6.Humas Matha’ul Anwar
Lembaga Bantuan Hukum 7.Matha’ul Anwar (LBH-MA)
8.Koperasi Pusat Mathla’ul Anwar (KOPUSMA)
Semoga MA terus berkembang dan selalu bermanfaat demi perkembangan ajaran islam kususnya di negara Indonesia. 11-11-2023(Pewarta: Hadi Purwono)
TRANKONMASINEWS.COM – Semarang – Berdasarkan keterangan yang di himpun oleh media trankonmasinews.com, awak media mengutip dari pihak stekom dan bertemu langsung dengan humas atas nama Cahyamahendra bahwa Matha’ul Anwar, disingkat MA, adalah organisasi massa Islam dari Banten. Matha’ul Anwar sebagai lembaga pendidikan didirikan pada 10 Juli 1916 melalui musyawarah ulama di Menes pada saat itu.
Lembaga ini kini memiliki cabang di seluruh Indonesia.
Sejarah
Sebagai lembaga pendidikan
Mathla’ul Anwar pertama kali muncul dari usulan K.H. Entol Mohamad Yasin kepada K.H. Tubagus Mohamad Sholeh untuk membentuk lembaga pendidikan Islam di Menes. Setelah melalui diskusi dengan ulama-ulama di Menes, K.H. Entol Mohamad Yasin memanggil pulang K.H. Mas Abdurrahman yang baru selesai belajar di Makkah untuk melakukan pembaharuan pendidikan Islam di Pandeglang dalam bentuk madrasah.
Pada 10 Ramadan 1334 atau 10 Juli 1916, para ulama Menes mulai meresmikan madrasah MA dengan K.H. Mas Abdurrahman sebagai mudir dan K.H. Entol Mohamad Yasin sebagai bestuurpresident. Musyawarah tersebut dihadiri oleh beberapa ulama Pandeglang seperti K.H. Tubagus Mohamad Sholeh, K.H. Tegal, K.H. Abdul Mu’ti, H. Soleman Cibinglu, H. Daud, H. Rusydi, H. Mustagfiri, dan H. Danawi.
Kemudian Sampai 1936, MA sudah memiliki 40 madrasah yang tersebar di Pandeglang, Lebak, Serang, Tangerang, Bogor, Karawang, dan Lampung. MA juga sudah memiliki madrasah khusus perempuan yang berdiri di Menes sejak 1929. Pada 1940, MA mendirikan Madrasah Arabiah yang didirikan sebagai sekolah bahasa Arab.
Pada artikel tersebut juga menerangkan ,Pada 1937, K.H. Entol Mohamad Yasin wafat. Jabatan bestuurpresident diserahkan kepada wakilnya, K.H. Abdul Mu’ti sampai pada muktamar ketiga yang dilangsungkan pada 1939. Muktamar ketiga tersebut menghasilkan K.H. Uwes Abubakar sebagai bestuurpresident MA.
Sebagai organisasi massa
Mathla’ul Anwar menjadi bagian dari Nahdlatul Ulama sejak 1928, dua tahun setelah pembentukan NU. K.H. Mas Abdurrahman sendiri merupakan salah satu pendiri NU. Bergabungnya MA ke NU menjadikan sebagian pengurus NU di Banten diisi oleh para ulama MA. K.H. Uwes Abubakar yang menjabat sebagai Ketua MA sejak 1939 juga merangkap jabatan sebagai Ketua NU Pandeglang.
Ketika NU bergabung ke Masyumi pada 1943, tokoh-tokoh MA juga aktif berpolitik di Masyumi.
Pada 1952, muktamar NU di Palembang menghasilkan keputusan untuk membuat partai politik terpisah dari Masyumi. K.H. Uwes Abubakar tidak menerima hasil musyawarah tersebut dan memutuskan untuk memisahkan MA dari NU.
Sikap K.H. Uwes Abubakar tersebut mendapat pertentangan dari sebagian ulama yang ingin MA tetap berada di NU, kemudian dikenal sebagai Mathla’ul Anwar Li Nahdlatil Ulama (MALNU). Perpecahan ini memuncak pada Muktamar VIII Mathla’ul Anwar di Ciampea pada tahun yang sama, ketika kubu K.H. Uwes Abubakar meresmikan Matha’ul Anwar sebagai organisasi massa terpisah dari Nahdlatul Ulama.
Mathla’ul Anwar menjadi basis utama Masyumi di Banten pada Pemilu 1955. K.H. Uwes Abubakar terpilih sebagai anggota DPR mewakili Masyumi pada 1956-1959. Setelah Masyumi dibubarkan pada 1960, pilihan politik MA beralih ke Parmusi.
Badan Otonom
Badan Otonom MA adalah perangkat organisasi Mathlaul Anwar yang berfungsi melaksanakan kebijakan Mathlaul Anwar yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu dan beranggotakan perorangan.
Badan Otonom dikelompokkan dalam katagori Badan Otonom berbasis usia dan kelompok masyarakat tertentu, dan Badan Otonom berbasis profesi dan kekhususan lainnya.Jenis badan otonom berbasis usia dan kelompok masyarakat tertentu adalah :
1.Muslimat Mathla’ul Anwar (MUSMA)
2.Generasi Muda Mathla’ul Anwar (GEMA MA)
3.Himpunan Mahasiswa Mathla’ul Anwar (HIMMA)
4.Ikatan Pelajar Mathla’ul Anwar (IPMA)
5.Lembaga Amil Zakat Mathla’ul Anwar (LAZMA)
6.Humas Matha’ul Anwar
Lembaga Bantuan Hukum 7.Matha’ul Anwar (LBH-MA)
8.Koperasi Pusat Mathla’ul Anwar (KOPUSMA)
Semoga MA terus berkembang dan selalu bermanfaat demi perkembangan ajaran islam kususnya di negara Indonesia. 11-11-2023(Pewarta: Hadi Purwono)